Indahnya Misteri Lawang Sewu Semarang

Lawang Sewu adalah sebuah bangunan ex Kantor Kereta Api jaman Belanda yang penuh misteri. Tempat ini tambah misteri sejak adanya kisah uji nyali dari sebuah televisi swasta

Asiknya Virgin Beach Pulau Pari

Pulau Pari terletak di gugusan kepulauan Seribu. Terdapat sebuah pantai tersembunyi yang disebut Virgin Beach, amboiii

Kawah Bromo nan Kereeenn

Wisata sunrise di gunung Bromo yang sangat diminati wisatawan dalam dan luar Negeri

Kawasan Wisata Dieng

Selain kawah Dieng, Anda bisa juga menikmati candi-candi dan telaga warna nan indah.

Tebing Uluwatu

Berburu sunrise di tebing Uluwatu. Sebuah lokasi yang tidak hanya terkenal akan tari kecak dan puranya

Senin, 17 Juni 2013

Haruskah BBM naik ?

Tulisan A Prasetyantoko di Kompas mengenai kenikan BBM menarik dan mudah untuk dicerna kalangan umum. Intinya permasalah kenaikan BBM saat ini seperti penanganan serangan jantung. Oposisi ribut merasa gak perlu melakukan operasi jantung dan mempermasalahkan perilaku buruk soal makanan junk food dan kemalasan olah raga. Padahal faktanya orang tersebut sedang terkena serangan jantung dan menunggu keputusan tepat soal operasi atau tidak ?  Segelas kopi hangat Vietnam merek Ca Phe Hoa Tan no 7 menemani saya membaca artikel kompas 17 Juni 2013 pagi ini.


Haruskah BBM naik ?
oleh A. Prasetyantoko, Kompas, 17-06-2013
Sering kali, ketika kita ragu memutuskan sesuatu, pada akhirnya situasi memaksa kita bertindak cepat. Akibatnya, kita jadi reaktif ketimbang antisipatif. Situasi inilah yang terjadi pada perekonomian kita hari-hari ini. Rupiah terus merosot mencapai titik terendah sejak tahun 2009, sementara Indeks Harga Saham Gabungan terus turun ke tingkat 4.600. Secara mengejutkan, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dinaikkan 25 basis poin menjadi 6 persen.

Rupiah sempat diperdagangkan di pasar non-deliverable forward atau transaksi lindung nilai untuk kepentingan masa depan dan menembus Rp 10.000 per dollar AS. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan jatuh dari rekor tertingginya di tingkat 5.200, sementara imbal hasil obligasi merangkak naik. Apa sejatinya penyebab ”kepanikan” pasar ini?

Benar, faktor global menjadi salah satu penyebab gejolak. Di pasar keuangan dikenal istilah ”paradoks likuiditas”. Intinya, ketika terjadi gejolak, likuiditas akan mengalir ke tempat yang dianggap paling aman. Selama ini, negara-negara maju (khususnya Amerika Serikat) selalu percaya diri bahwa merekalah tempat paling aman untuk menyimpan aset keuangan. Itulah mengapa mereka tak terima ketika peringkat utangnya diturunkan oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor’s. Itulah juga mengapa mereka tak pernah khawatir dengan penerbitan surat utang terus-menerus meskipun tingkat utangnya sudah terlalu tinggi. Negara maju percaya mereka tetap bisa berutang dengan biaya murah.

Argumen tersebut ada benarnya. Setiap kali stimulus ekonomi dilakukan di negara maju, likuiditas cenderung mengalir ke negara berkembang. Tujuannya, mencari imbal hasil lebih tinggi. Bayangkan, rata-rata suku bunga di negara maju hanya 0,25 persen. Bedanya dengan suku bunga kita bisa 5-6 persen. Namun, setiap terjadi gejolak, likuiditas akan kembali ke pasar negara maju, sementara kita harus menaikkan suku bunga untuk mempertahankan modal asing. Negara maju tetap menikmati suku bunga rendah, baik di masa normal maupun saat terjadi gejolak.

Bagi negara berkembang, argumen lama tentang ”dosa asal” (original sin) dalam ekonomi menjadi relevan. Ketidakmampuan sebuah negara membiayai diri dalam mata uangnya menjadi akar dari segala macam gejolak. Dalam kasus ini, jika masih mengandalkan investor asing, pasar modal dan pasar utang harus siap terpapar dengan risiko volatilitas.

Lalu apa kaitannya dengan bahan bakar minyak (BBM)? Masalah kepanikan tak pernah terjadi begitu saja. Faktor global terkait rencana The Fed mengurangi stimulus ekonomi, prospek ekonomi China, dan kondisi Eropa yang di bawah harapan tentu mendorong gejolak investor global. Namun, mengapa pasar bereaksi begitu keras kepada kita? Karena kita menyimpan beberapa persoalan fundamental.

Salah satu isu paling pokok dalam perekonomian kita adalah soal target defisit anggaran. Besarnya subsidi akibat konsumsi BBM yang terus meningkat telah menimbulkan komplikasi ke sejumlah hal: defisit fiskal, neraca transaksi berjalan, neraca pembayaran, dan nilai tukar. Secara teknis ekonomi, pilihannya hanya dua: mengurangi subsidi atau menerbitkan utang untuk menghindari defisit yang diperbolehkan oleh undang-undang (UU), yaitu sebesar 3 persen.

Sekadar penghematan dari sisi pengeluaran dan mendongkrak pemasukan sudah tidak lagi mampu menutup defisit yang akut. Pilihan lain, mengubah UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terkait target defisit. Namun, itu membutuhkan proses politik yang panjang, sementara persoalannya begitu mendesak. Urgensi tak sekadar mengamankan pasar keuangan dari pelarian modal, tetapi juga menghindarkan diri dari instabilitas makroekonomi yang berkepanjangan.

Dinamika ekonomi biasanya dibagi dalam perspektif jangka pendek dan panjang. Jangka pendek biasanya terkait dengan isu stabilitas, sedangkan jangka panjang umumnya mengenai intermediasi. Keduanya terkait satu sama lain. Bagaimana mungkin berpikir soal intermediasi (memperbaiki kualitas fiskal, menambah belanja modal, dan memberikan insentif usaha kecil) jika situasinya tidak stabil. Maka, respons cepat mengatasi persoalan instabilitas, baik pada kurs maupun bursa saham, harus ditempatkan dalam konteks kepentingan jangka panjang, yaitu mendorong fungsi intermediasi.

Terkait dengan kenaikan harga BBM, semakin lama ditunda semakin kehilangan kesempatan untuk melakukan ekspansi dan memperbaiki sisi produksi kita. Meski begitu, penolakan kenaikan harga BBM, baik dari partai oposisi maupun sejumlah kelompok dalam masyarakat, tetap harus ditangkap esensinya.

Selama ini terlalu banyak kebijakan yang implementasinya distortif dan mendorong perilaku pemburuan rente (rent seeking) ekonomi. Begitu juga di sektor minyak dan gas. Belum lagi berbagai praktik pemburuan rente yang ada di sekitar birokrasi pemerintah dan proses legislasi di parlemen. Sulit mencari dinamika ekonomi yang tak berlumuran dengan praktik pemburuan rente ekonomi di negeri ini. Tentu saja, itu masalah amat serius, tetapi bukan berarti bisa menegasi urgensi kebijakan BBM.

Ibaratnya, ada orang mengalami serangan jantung dan harus segera diambil tindakan medis tertentu. Namun, tindakan tersebut dianggap tak relevan dengan menunjukkan betapa buruknya perilaku orang itu soal makanan dan olahraga. Tumpukan kolesterol telah menimbulkan komplikasi yang fatal. Korupsi dan inefisiensi birokrasi bagaikan tumpukan kolesterol dalam darah yang bisa mematikan fungsi jantung kita. Namun, tidak melakukan apa pun di saat kritis juga sebuah keputusan fatal.

Seruan pemberantasan korupsi bagaikan anjuran makan sehat dan olahraga teratur. Begitu mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan atau, kalaupun dilakukan, hanya satu atau dua kali. Padahal, untuk menghindari serangan jantung, olahraga harus dilakukan secara teratur dan konsisten dalam jangka panjang. Apakah partai politik konsisten melawan korupsi? Jika tidak, baik yang dikritik (pemerintah) maupun yang mengkritik (parlemen) sama-sama mengidap hipokripsi. Penyakit yang juga jamak di negeri ini.

A Prasetyantoko Pengajar di Unika Atma Jaya, Jakarta

Minggu, 09 Juni 2013

Angelina Jolie

Ketika membaca membaca judul sebuah artikel tentang Angelina Jolie, siapa sih yang tidak berimajinasi mengenai keindahan bibir Indah dan body nan seksi sang artis Hollywood kala beraksi sebagai Lara Croft di film Tomb Rider. Tapi ketika saya membaca lebih detail artikel tersebut, saya menjadi tercenung. Kenapa ?

Angelina Jolie aktris jelita nan seksi itu baru saja menyelesaikan operasi pengangkatan kedua payudaranya. Alasannya ia memiliki kelainan mutasi gen BRCA1 yang membuatnya menanggung 87% resiko kanker payudara dan 50% risiko kanker Rahim. Demi ingin membesarkan keenam anaknya, Angelina Jolie rela melepaskan mahkota keindahannya – The New York Times , 14 mei 2013.

Selesai membaca artikel tersebut, saya menghela nafas  sembari meneguk Turkish coffee  menjelang senja.  Ternyata Tuhan menciptakan kesempurnaan dan ketidaksempurnaan pada diri Angelina Jolie agar kita semua mengambil hikmah dan pelajari yang luar biasa.